Ekspresi Jiwa Mempengaruhi Tubuh Manusia

happy

Kondisi seseorang jika dilihat dari ekspresi jiwa selalu berubah-ubah, kadang senang, kadang sedih, kadang marah, kadang malu dan terkadang bahagia. Semua ekspresi jiwa yang muncul dalam bentuk perasaan tersebut mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.

Misalnya, perasaan marah akan mengakibatkan tubuh memanas dan mengering. Karenanya Rasulullah saw. melarang umat manusia untuk menjadi seorang yang pemarah.

Salah seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Nasihatilah aku". Lalu Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" sampai diulangi sebanyak tiga kali.

Kondisi kejiwaan yang termasuk kategori buruk/negatif, seperti sedih, marah dan duka sangat berpengaruh langsung terhadap kesehatan tubuh manusia.
sedih

Berhati-hatilah, kondisi marah, sedih dan duka dapat menyebabkan darah tinggi, yang dapat mengakibatkan munculnya bahaya susulan seperti serangan jantung dan gagal jantung.

Selain itu, sifat pemarah dapat mengakibatkan seseorang terkena penyakit kencing manis karena kelebihan aktivitas kelenjar di atas ginjal dan kelebihan hormon adrenalin.

Sedangkan kondisi perasaan negatif pada umumnya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia sehingga mudah terkena penyakit.

Karenanya, kita harus terus berlatih untuk bisa menahan amarah atau perasaan negatif yang akan membahayakan manusia.

".. orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain (pen. 'merekalah orang yang bijak'). Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali-'imran[3]:134)

Tak bisa dipungkiri memang, bahwa setiap orang yang hidup dan berakal pasti memiliki rasa marah. Namun Allah swt. menyukai mereka yang bisa menahan dan mengendalikan rasa marah tersebut.

Bahkan Rasulullah saw. pun pernah marah yang diketahui oleh para sahabat dari raut wajahnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari setan. Setan diciptakan dari api, dan api dipadamkan dengan air. Apabila seseorang diantara kalian marah, hendaklah ia berwudu." (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Itulah ekspresi jiwa, selama ekspresi yang muncul adalah negatif, maka pengaruhnya terhadap tubuh akan menjadi negatif pula.

Di sisi lain, perasaan senang dapat menguatkan dan menghangatkan jiwa. Akan tetapi, apabila berlebihan dapat membunuh jiwa secara perlahan-lahan.

Buktinya banyak kisah di dalam al-quran yang menyatakan bahwa banyak orang yang celaka karena rasa gembira yang berlebihan atau melampaui batas.

"... Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri."  (QS al-Qashas [28]:76)

"Katakanlah, dengan Karunia dan Rahmat Allah, hendaknya mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Yunus [10]:58)

Banyak yang kurang menyadari, bahwa kesedihan dan kedukaan akan mengakibatkan nafsu makan seseorang menurun.

Kesedihan terjadi karena adanya hal baik yang telah berlalu. Sementara kegelisahan adalah perkara yang sedang ditunggu terjadinya atau ditunggu kepergiannya.

Rasulullah saw. selalu berlindung kepada Allah swt. dari kegelisahan dan kesedihan setiap selesai shalat.

Ibnu 'Abbas r.a. berkata, "Barang siapa yang sering merasa gelisah dan sedih, hendaklah ia membaca: Laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim (tidak ada kekuatan kecuali dari Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung).

Biasanya, kesedihan identik dengan kesalahan yang dilakukan seseorang. Oleh karena itu, orang yang banyak bersedih sebaiknya banyak menyibukkan diri dengan hal-hal positif yang dapat membuatnya bisa melupakan kesalahannya itu.

Rasulullah saw. pernah bersabda, "Seseorang yang paling bijaksana adalah orang yang ketika dilanda kesedihan, ia langsung menyarungkan busurnya."

Artinya berusaha tetap beraktivitas dengan baik walaupun sedang dilanda kesedihan. Itulah karakter seorang yang bijaksana.

Abu Hurairah r.a. juga pernah berkata, " Jika bingung terhadap sesuatu, Rasulullah saw. suka menengadahkan kepalanya ke langit, lalu berdo'a: 'Subhanallahil 'adhim'(Maha suci Allah Yang Maha Agung". (HR. Tirmidzi)

Tidak ada komentar: