Tentang Ilmu Dan Lawan Katanya

hakikat ilmu


Banyak orang yang beranggapan bahwa ilmu adalah pengetahuan. Seandainya Anda ditanya tentang 'apa itu ilmu?' bisa jadi jawaban yang keluar dari mulut Anda adalah sama, ilmu yaitu pengetahuan.

Jika seseorang menjawab pertanyaan 'apa itu ilmu?' berdasarkan sumber-sumber yang telah ada, maka jawaban yang umum seperti ilmu adalah pengetahuan, ilmu adalah cahaya, ilmu adalah yang bisa membukakan sesuatu secara sempurna, dan jawaban menurut para ahli lainnya tentu sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita.

Di lingkungan umat Muslim, orang yang berilmu biasa disebut sebagai 'ulama. Namun nyatanya di lingkungan masyarakat yang ada saat ini, gelar ulama sudah salah diterapkan hanya kepada orang yang memiliki gelar doktor atau profesor saja.

Seorang ahli ilmu dari tanah sunda pernah bertanya kepada murid-muridnya, (pen. Anda boleh ikut menjawab pertanyaan berikut dalam hati). Ahli ilmu itu berkata:

"Jika kalian melihat ada seorang lelaki tua yang bertengger gelar profesor di namanya, apakah ia ulama?

dan jika ada seorang petani yang tahu tentang ilmu mencangkul dan pekerjaannya mencangkul di sawah, apakah ia jugaulama?

jadi yang mana yang yang sebenarnya ulama? sang profesor? atau pak tani yang mencangkul di sawah?

Lalu apa sebenarnya ilmu itu??"

Untuk bisa menjawab dengan mudah pertanyaan "apa sebenarnya ilmu itu?" kita harus mengetahui terlebih dahulu apa kebalikan dari 'ilmu.

"Anda tahu apa kebalikan dari ilmu?"

Jika menjawab kebalikan dari ilmu adalah "bodoh" maka itu keliru. Why? because menurut perspektif al-quran, berdasarkan surah an-najm ayat 28 (Allah menyandingkan kalimat 'ilmu dengan dhon), kebalikan dari ilmu itu adalah prasangka (dlon) bukan bodoh (jahlun). Lalu apa itu dlon/prasangka??

Di dalam hadits Rasulullah pernah bersabda tentang dlon/prasangka, "Jauhilah oleh kalian kebiasaan berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta".

Kita coba pahami maksud dari hadits tersebut. Jika misalkan Anda melihat seseorang yang tiba-tiba panik dan mengaku baru saja kehilangan dompet saat di wc umum.

Tak lama kemudian, secara tidak sengaja anda melihat ada orang lain yang keluar dari wc tersebut dengan tingkah laku mencurigakan serta tangannya menutupi saku celana yang terlihat tebal karena seperti ada dompet di dalamnya sambil bergegas lari menjauh dari keramaian.

Jika Anda mencurigai orang tersebut sebagai pencuri dompet, apakah itu termasuk prasangka? dan apakah mencurigai dalam kasus ini dilarang oleh rasul dalam hadits di atas??

Tentu tidak, itu bukan lah prasangka yang dimaksud di dalam hadits tersebut. Karena kecurigaan kita dalam kasus di atas bisa saja salah dan bisa juga menjadi benar. Sementara dalam hadits dikatakan prasangka itu yang paling dusta/bohong alias tidak ada sedikit pun kemungkinan benarnya. Namun nyatanya dalam kasus tadi masih ada kemungkinan benar nya. Jadi prasangka seperti itu bukanlah yang dimaksud oleh Rasulullah dalam hadits.

Justru, yang dimaksud prasangka di dalam hadits di atas jika berdasar perspektif alquran yaitu, berburuk sangka kepada Allah swt.

Agar bisa lebih memahami dengan baik tentang apa yang saya bahas dalam tulisan ini, mari kita perhatikan tentang fenomena gerhana. Apa yang biasa kita lakukan sebagai umat muslim yang taat saat terjadi gerhana?? tentunya melakukan shalat gerhana, khutbah dan bershodaqoh.

Anda tahu apa sabda nabi muhammad saw. tentang gerhana?? kata beliau, "... Gerhana adalah salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah... ". Pertanyaannya, ketika terjadi gerhana matahari, apa yang dilakukan oleh manusia?

Apabila yang dilakukan pertama kali saat melihat gerhana adalah Ingat kepada Allah lalu melaksanakan shalat, khutbah dan sedekah, maka itu tandanya orang yang berilmu (ulama).

Tapi jika saat terjadi gerhana, walau pun ia sudah bergelar doktor bahkan profesor dan hanya meneropong serta melihat tanda kekuasaan itu saja tanpa mengingat-Nya, maka dalam perspektif alquran itu berarti dia tidak berilmu (bukan ulama).

Kenapa?

Karena berdasarkan perspektif al-quran, yang dimaksud ilmu itu adalah tersingkapnya tabir (pembatas) antara yang mengetahui (manusia) dan yang Maha Mengetahui (Allah).

Kalau kita melihat gerhana dan langsung ingat kepada Allah, maka artinya tidak ada tabir yang menghalangi antara kita yang mengetahui dengan Allah yang Maha Mengetahui. Karenanya kita langsung pergi ke masjid serta melaksanakan shalat, khutbah dan sedekah. Itulah cirinya orang berilmu. Tidak ada tabir antara dirinya dengan yang Maha Mengetahui (Allah).

Tapi kalo ada orang sepangkat doktor atau profesor yang hanya meneropong saat terjadi gerhana, maka ia masih terhalang oleh tabir yang membatasi dirinya dengan sang pencipta. Artinya orang tersebut belum bisa dikatakan berilmu, alias hanya menduga-duga/berprasangka (dhon) menurut perspektif alquran QS. An-Najm ayat 28.

Itulah hakikat ilmu yang dimaksud dalam bahasan kali ini. "Ilmu adalah tersingkapnya hijab/tabir pembatas antara yang mengetahui (manusia) dengan yang Maha Mengetahui (Allah swt.)

Kebalikan dari ilmu adalah dhon (menduga-duga). Ciri dhon adalah masih adanya tabir/pembatas antara yang mengetahui (manusia) dengan yang Maha Mengetahui (Allah). Cirinya, ia hanya sebatas mengetahui fenomena tanda kekuasaan yang ada, bukan mengingat Allah yang sebenarnya ada di balik tanda-tanda tersebut.

Ilmu melahirkan ketenangan (hilmun), sementara dhon/prasangka melahirkan kebodohan (jahlun/melampaui batas).

Semoga Allah mengelompokkan kita ke dalam golongan ahli ilmu, yang tetap tenang (hilmun) dalam situasi apa pun. Karena ciri orang berilmu adalah lahirnya ketenangan saat menghadapi berbagai masalah.

Saat sedang tidak punya uang, orang yang berilmu akan tetap tenang (hilmun), bukan stress atau pun marah-marah.

kalau kehilangan Handphone, dompet, motor, atau barang berharga lainnya, ia akan tetap tenang. karena itulah cirinya orang berilmu, melahirkan ketenangan dan tetap berbaik sangka kepada Allah (tidak mengeluh) saat menerima ujian kehidupan.

Justru sebaliknya, jika saat diuji dengan cobaan kehidupan orang itu malah marah-marah dan melampaui batas, maka orang itu sedang dalam kondisi dhon (berprasangka buruk kepada Allah) yang melahirkan kebodohan yang ditandai dengan emosi yang melampaui batas.

Prasangka seperti itulah yang dilarang oleh hadits yang sudah tertulis di atas.

Semoga bermanfaat,

Yang benar hanya dari Allah, Yang salah nya datang dari kekurangan ilmu saya sendiri. Semoga Allah mengelompokkan kita ke dalam golongan orang-orang berilmu yang langsung mengingat Allah saat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Tidak ada komentar: